Bekerja Sama dengan KKP, Kemenko Maritim Adakan Sosialisasi Dokumen Bentang Laut

Maritim - Jakarta, Dalam rangka menyosialisasikan Dokumen Bentang Laut (Seascapes Document) Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF), Kemenko bidang Kemaritiman dalam hal ini Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa yang terlibat aktif dalam Kelompok Kerja (Pokja) Bentang Laut CTI-CFF, melakukan kegiatan sosialisasi di Kantor Maritim, Jakarta pada hari Kamis (18-01-2018).
Asisten Deputi Jasa Kemaritiman, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa, Okto Irianto mengatakan ada tiga target yang ingin dicapai dari kegiatan sosialisasi ini, yaitu: Pertama, anggota Pokja CTI-CFF lainnya, seperti Pokja Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem, Pokja Kawasan Konservasi Perairan, Pokja Perubahan Iklim, Pokja Pengelolaan Spesies Terancam Punah, Pokja Peningkatan Kapasitas, Pokja Ketahanan Pangan, dan Pokja Data dan Informasi. Kedua, kementerian/lembaga (k/l) lain yang aktif terlibat dalam CTI-CFF. Ketiga, Mitra CTI-CFF antara lain WWF, konservasi internasional, RARE, dan The Nature Conservancy (TNC).
Menurut Okto, dokumen bentang laut adalah dokumen resmi CTI-CFF yang mengatur tentang penentuan tata kelola dan pengembangan bentang laut guna menampung kegiatan pemanfaatan multisektoral dan adanya berbagai pendekatan pengelolaan kawasan maritim yang berbeda-beda di negara anggota CTI-CFF. Jadi perlu sekali ditegaskan bahwa dokumen tentang bentang laut ini bukan merupakan suatu pendekatan alternatif baru dalam pengelolaan wilayah laut, tetapi justru dia akan mewadahi seluruh pendekatan pemanfaatan kelautan yang selama ini sudah ada, ungkapnya. Dokumen bentang laut ini telah resmi ditetapkan pada pertemuan SOM CTI-CFF yang diadakan di Manila pada Februari 2017.
Salah satu komponen utama dari Dokumen Bentang Laut CTI-CFF ini adalah diperkenalkannya konsep Bentang Laut Prioritas (Seascapes Priority). Bentang Laut Prioritas ini adalah wilayah laut yang mencakup lebih dari satu negara, di mana pengelolaan SDM, alam, maupun pembangunan ekonomi dan budayanya membutuhkan kerja sama internasional.
Menurut Okto, selama ini baru ada satu Bentang Laut Prioritas di CTI-CFF, yaitu Bentang Laut Sulu-Sulawesi. Indonesia menginginkan agar Bentang Laut Prioritas bisa ditambah lagi, yaitu Bentang Laut Sunda Kecil (Lesser Sunda), dan Bentang Laut Bismarck-Solomon.
Untuk itu, maka Indonesia perlu bekerja sama dengan Timor Leste untuk mengusulkan Lesser Sunda sebagai Bentang Laut Prioritas CTI-CFF dan bekerja sama dengan Papua Nugini (PNG) dan Solomon Island guna mengusulkan penambahan Bentang Laut Bismarck-Solomon sebagai Bentang Laut Prioritas CTI-CFF.
Okto menambahkan ada beberapa alasan dibalik pengusulan Sunda Kecil dan Bismarck-Solomon menjadi Bentang Laut Prioritas CTI-CFF, antara lain adalah Pertama, bahwa apabila suatu wilayah laut sudah ditetapkan sebagai Bentang Laut Prioritas CTI-CFF, maka kegiatan CTI-CFF seperti misalnya pengelolaan perikanan, konservasi, pengelolaan iklim, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan difokuskan di wilayah laut tersebut. Kedua, berbagai masalah dalam pengelolaan laut sebenarnya merupakan masalah lintas negara, sehingga diperlukan kerja sama antar-negara yang wilayah lautnya berdekatan. Ketiga, alasan yang merupakan akibat langsung dari alasan pertama adalah bahwa pendanaan atas kegiatan CTI-CFF akan lebih difokuskan pada proyek, studi, maupun implementasi kebijakan yang dilakukan di Bentang Laut Prioritas.
Sebagai ilustrasi, Asdep Okto menyampaikan data bahwa sepanjang 2012-2017, CTI-CFF melalui GIZ mengucurkan dana sebesar 7 juta euro di Bentang Laut Sulu-Sulawesi. Indonesia ingin agar pendanaan CTI-CFF juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kelautan di wilayah timur Indonesia seperti di NTB dan NTT, maupun Maluku dan Papua.
Sosialisasi ini dilakukan Kemenko Maritim bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan direncanakan sosialisasi ini akan berlangsung sepanjang 2018 dan diharapkan dapat dilakukan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Untuk mendukung kegiatan sosialisasi diberikan buku pegangan dari CTI-CFF yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang akan dibagikan secara gratis kepada peserta sosialisasi, pungkasnya.


