Kemenko Maritim Adakan Sosialisasi Hemat Energi

Maritim – Bogor, Biro Umum Kemenko Bidang Kemaritiman mengadakan Sosialisasi Penerapan Program Hemat Energi di Lingkungan Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman pada 22 – 23 Maret 2019. Sosialisasi dibuka oleh Kepala Biro Umum, Djoko Hartoyo yang mengingatkan pentingnya kesadaran penghematan energi agar dimiliki oleh semua karyawan Kemenko Bidang Kemaritiman, khususnya bagi para petugas kebersihan dan keamanan. “Saya sudah terbiasa hemat energi, sejak di Jepang dan Amerika pada saat saya menempuh pendidikan di sana. Bahkan dosen di sana pernah menegur saya karena lupa mematikan lampu setelah menggunakan ruangan. Kebiasaan hemat energi ini saya terapkan sampai saat ini. Kalau saya di ruangan, kalo sudah dingin ya ACnya dimatikan. Lampu ruangan juga tidak dinyalakan 24 jam, kalau tidak sedang berada di dalam ruangan, ya saya matikan” cerita Kabiro Djoko pada pembukaan sosialisasi. Kabiro Djoko berharap para karyawan Kemenko Bidang Kemaritiman dapat menumbuhkan kebiasaan yang sama, yaitu kebiasaan untuk penghematan energi. Pada kesempatan tersebut, Kabiro Djoko juga mengapresiasi petugas keamanan yang rutin melakukan pengecekan pada saat jam malam. “Saya pernah beberapa kali menjadi ‘korban’ petugas keamanan” kelakarnya. Istilah korban tersebut mengandung arti bahwa Kabiro Djoko beberapa kali difoto oleh petugas keamanan sebagai dokumentasi dan data bahwa masih terdapat karyawan yang bekerja dalam satu ruangan, sehingga listrik belum dimatikan di ruangan tersebut. Pengecekan ini diapresiasi oleh Kabiro Djoko karena selain memastikan keamanan, sekaligus menjadi langkah penghematan energi.
Penerapan Manajemen Energi
Sosialisasi mengenai penerapan manajemen energi disampaikan oleh tim efisiensi energi Balai Besar Teknologi Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TKE BPPT). Tim B2TKE menyampaikan bahwa manajemen energi memiliki dasar hukum yang jelas, sehingga perlu untuk diberlakukan oleh semua pihak, terlebih lagi bagi lembaga pemerintah. “Pada saat melakukan pengadaan barang, perlu dipastikan bahwa barang tersebut adalah barang yang hemat energi. Hal tersebut adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan” ujar Enny Rosmawar dari B2TKE.
“Kami di BPPT selalu melakukan sosialisasi. Salah satu langkah sosialisasi kami adalah dengan cara menempel stiker hemat energi dengan kalimat ‘Jangan Lupa Matikan Lampu’, itu kami tempel di dekat saklar listrik. Himbauan penghematan air juga kami tempel di dekat kran air. Pada stiker tersebut kami juga menyantumkan nomor telepon pengaduan dan pengelola gedung. Langkah-langkah kecil seperti itu sangat membantu, “ tambah Enny menyampaikan contoh sosialisasi yang dirasa efektif di BPPT.
Enny menyampaikan bahwa BPPT memandang penghematan energi sebagai hal yang penting sehingga dibentuklah tim Manajemen Energi yang dipimpin oleh Management Representative. Kegiatan harian tim tersebut dipantau oleh seorang Manager Energi. “Manager Energi wajib memiliki sertifikasi, Manager energi di BPPT juga telah memiliki sertifikasi” tambah tim B2TKE. Kewajiban sertifikasi tersebut berdasarkan Peraturan menteri ESDM no.14 Tahun 2012.
Menurut Tim B2TKE, “untuk manajemen energi yang lebih baik dalam sebuah gedung, maka hal utama dan mendasar yang diperlukan adalah adanya komitmen manajemen gedung, perencanaan energi, monitoring, dan peninjauan manajemen”. Enny menyampaikan, komitmen perlu didukung dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia yang sadar akan pentingnya penghematan energi. Jika tidak, maka langkah-langkah penghematan yang telah dijalankan tidak akan efektif.
Gedung BPPT 2 telah melaksanakan audit energi, pada audit tersebut diketahui bahwa intensitas konsumsi energi gedung BPPT 2 tahun 2015 termasuk kategori efisien. Menurut tim, salah satu pendorong efisiensi tersebut karena adanya pergantian 3 unit chiller sehingga menurunkan konsumsi energi.
Kebijakan dan Program Konservasi Nasional : Bangunan Gedung
Sosialisasi penghematan energi selanjutnya membahas mengenai kebijakan konservasi energi yang disampaikan oleh Direktur Konservasi Energi- Ditjen EBTKE. “Saya mencermati adanya kegiatan pemborosan yang secara tidak sadar dibiarkan terjadi pada kebanyakan lembaga pemerintahan. Contoh saja dalam pengadaan kertas, misalnya didokumentasikan secara teliti, namun pemborosan listrik setiap harinya tidak ada yang menyadari. Padahal pemborosan listrik ini menghabiskan ratusan ribu rupiah. Coba, kalau ada lampu taman yang menyala pada siang hari, pasti tidak ada yang peduli. Padahal itu uang semua lho pak”, papar direktur Konservasi Energi, Hariyanto, mengawali sosialisasinya.
Berdasarkan data, intensitas penggunaan energi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. hal ini terlihat pada semua sektor, contohnya pada sektor industri dan sektor bangunan baik komersial maupun pemerintahan. Jika dilihat lebih detail, penggunaan energi di gedung kantor pemerintah umumnya paling besar digunakan untuk AC. “Indonesia itu, sepanjang tahun ACnya menyala. Kalau dibandingkan dengan negara lain apalagi Eropa, mereka paling hanya 2-3 hari saja dalam setahun ACnya nyala. Kalau panas, mereka nikmati saja, mereka anggap di pantai” ujar Hariyanto membandingkan penggunaan AC di Indonesia dengan negara lain.
Pemerintah telah menerbitkan sejumlah regulasi terkait penghematan energi dan menyusun rencana aksi untuk merealisasikannya. Hariyanto khususnya mencermati Pergub DKI Jakarta no.38 tahun 2012 tentang gedung bangunan hijau. Direktur Konservasi Energi itu menyampaikan bahwa potensi penghematan energi di Indonesia masih sangat besar, yaitu sekitar 10% - 30%. “Kalau Kemenko Bidang Kemaritiman bisa melakukan efisiensi energi, bisa nambah satu bis lagi ya pak Djoko”, ujar Hariyanto menanggapi rencana Kepala Biro Umum untuk mengalokasikan dana yang biasa digunakan untuk membayar energi untuk menyewa bis mudik bagi karyawan Kemenko Bidang Kemaritiman.
Pada akhir sosialisasinya, Hariyanto menunjukan perbandingan bentuk ruangan yang hemat energi dengan yang tidak. Peserta sosialisasi bersepakat bahwa ruangan yang hemat energi lebih nyaman untuk digunakan. Reaksi tersebut menunjukan penghematan energi tidak akan mengganggu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan.
Sebelum menutup rangkaian kegiatan Sosialisasi Penghematan Energi, Kepala Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Supriatna, mengungkapkan kepada narasumber dan peserta rapat bahwa hampir seluruh undangan peserta sosialisasi hadir. Hal tersebut menunjukan adanya keinginan pada masing-masing unit kerja untuk melakukan penghematan energi.
Sebagai penutup, Kepala Biro Umum menambahkan, “minimal nanti, selepas dari sini ada perbaikan, minimal perubahan. Misalnya kalau saya datang pagi terus ke toilet saya harap lampunya masih mati, bagus, artinya memang dimatikan dari malam. Jangan sampai terjadi seperti sebelumnya saya pernah ke lantai 21, saya datang paling pagi tapi lampu sudah nyala semua. Artinya tidak dimatikan. Saya harap itu bisa berubah” ujar Kabiro Djoko menutup rangkaian sosialisasi.