PERANAN SAF CAPAI DUA PER TIGA DARI PENGURANGAN EMISI AVIASI PADA 2025

PERANAN SAF CAPAI DUA PER TIGA DARI PENGURANGAN EMISI AVIASI PADA 2025

Marves - Jakarta, Pemerintah Indonesia dorong dan perkuat arah pengembangan Sustainable Aviation Fuels(SAF) di Indonesia. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission pada industri penerbangan. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi pada Jumat (26-4-2024).

Bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau SAF dipercaya akan memainkan peranan utama dalam mendekarbonisasi industri penerbangan, bahkan diprediksikan peranannya dapat mencapai dua per tiga dari pengurangan emisi aviasi pada tahun 2050, ”Hal ini tentunya akan memicu pemenuhan permintaan SAF pada industri penerbangan, yang diestimasikan akan mencapai 449 miliar liter di tahun 2050,” jelas Deputi Jodi.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia tengah dalam upaya mengembangkan industri SAF di Indonesia. “Hal ini didukung oleh potensi pasar aviasi Indonesia yang diestimasikan akan mencapai 390 juta penumpang pada tahun 2037 (terbesar keempat di dunia) dan ketersediaan berbagai bahan baku untuk SAF yang berlimpah di Indonesia. Potensi dari Used Cooking Oil (Minyak Jelantah) yang mencapai 4,2 juta ton, ataupun dari berbagai bahan turunansawit dapat memosisikanIndonesia sebagai pusat bahan baku SAF terkemuka setidaknya di tingkat regional,” tuturnya.

Deputi Jodi juga menuturkan, bahwa pemerintah percaya bahwa industri SAF dapat mendukung Indonesia untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui dekarbonisasi hingga 39,8 juta ton CO2 pada sektor penerbangan, “Memenuhi mandat kedaulatan energi dengan memanfaatkan sumber daya domestik seperti minyak jelantah dan residu sawit, serta menambah dampak ekonomi hingga 2,5 kali (melalui perhitungan awal kami bisa mencapai 237 juta USD) melalui hilirisasi. Semua hal tersebut kami yakini akan turut berkontribusi akan cita-cita kita menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Deputi Jodi. 

FGD PENYUSUNAN PETA JALAN NASIONALPENGEMBANGAN SAF

Untuk mengakselerasi pengembangan SAF di Indonesia, Kemenko Marves berinisiatif menghadirkan para ahli dan penentu kebijakan lintas sektor pada Diskusi Nasional untuk membahas arah kebijakan nasional dalampengembangan SAF di Indonesia. 

Pada sesi pertama, High Level Meeting, Direktur Jenderal EBTKE, Prof. Dr.-Eng. Eniya Listiani Dewi menyampaikan bahwa pengembangan bioenergi secara masif merupakan salah satu langkah Kementerian ESDM untuk mendorong penyediaan Energi Baru Terbarukan menuju target 23%.

Pengembangan Bioavtur telah dilakukan oleh Kementerian ESDM semenjak tahun 2015 bekerjasama lintas sektor sehingga pada tahun 2023 telah dilakukan uji terbang pesawat milik Garuda Indonesia menggunakan Bioavtur J2.4.

Direktur Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Kementerian Perhubungan, Samsyu Rizal menambahkan bahwa dalam upaya penurunan emisi karbon, Kementerian Perhubungan selama ini telah berpatokan kepada Panduan dari Internasional Civil Aviation Organization (ICAO) termasuk memastikan bahwa upaya pengembangan SAF di Indonesia memenuhi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) Sustainability Certification Scheme.

Turut bergabung pada sesi dimaksud, Duta Besar RI Ottawa sekaligus Wakil Tetap Pemri untuk ICAO, Daniel Simanjuntak menegaskan bahwa ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam waktu dekat, yakni pemenuhan sertifikasi SAF J2.4 sebagai salah satu pencapaian nasional, pengaturan UCO sebagai bahan baku utama SAF di Indonesia, serta koordinasi terpusat yang melibatkan seluruh stakeholder di Indonesia.

Dalam penutupannya, ketiga pejabat tinggi tersebut menyambut baik upaya Kemenko Marves mengoordinasikan secara nasional pengembangan peta jalan nasional SAF di Indonesia dan berkomitmen untuk segera memastikan lahirnya industri SAF di Indonesia.

Pada Sesi ke-2 dan ke-3, Kemenko Marves memperkenalkan rancangan awal Peta Jalan Nasional Pengembangan SAF di Indonesia yang telah disusun oleh Kemenko Marves. Pada sesi tersebut, dilakukan pembedahan dan diskusi atas dokumen dimaksud oleh Tim Panelis yang beranggotakan para ahli dari berbagai sektor di antaranya Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Badan Standardisasi Nasional, badan riset, serta pelaku industri aviasi dan industri bioenergi di Indonesia.

Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan, Sora Lokita menyampaikan bahwa akan segera menindaklanjuti hasil masukan dan perspektif yang disepakati pada diskusi nasional ini.

“Kami menargetkan penerbitan kerangka kebijakan yang komprehensif pada kuartal ketiga tahun ini melalui serangkaian diskusi dan penyelarasan hasil pengkajian dari para pemangku kepentingan,” jelasnya.

Selain itu, menurut Asdep Sora Lokita, pemerintah dan stakeholder terkait juga akan melakukan diseminasi terkait keamanan dan reliabilitas dari penggunaan SAF sehingga tidak terjadi disinformasi terutama untuk masyarakat umum", imbuh Asdep Sora Lokita sebagai penutup

 

Sebagai informasi, peta jalan nasional ini akan menjawab target adopsi dan produksi SAF yang mempertimbangkan konteks industri Indonesia, strategi suplai, permintaan, dan pendukung untuk memaksimalkan potensi industri SAF Indonesia, serta opsi-opsi kebijakan untuk mendorong aspirasi industri.

 

No.SP-97/HUM/ROKOM/SET.MARVES/IV/2024

BIRO KOMUNIKASI

KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI